8 April 2017

Racauan Tentang Karir

Kalo dulu profesi data scientist udah jamak kayak sekarang, mungkin pas SMA saya masuk IPA terus S1 Statistika/Matematika terus S2 Data Science.


Tapi kenyataannya saya pas SMA jurusan IPS terus S1 Psikologi dan S2 Profesi Psikologi Pendidikan, dan ya nggak nyesel sih.. Lalu terdengar suara Andy bilang, "Kalo nyesel juga terlambat sekitar 12 tahun woi!" 😂

Sejak dulu, saya selalu tulis minat saya adalah "manusia, bahasa, data, angka, dan nama". Psikologi mencakup empat hal pertama yang saya sebut di situ. Bidang yang sempurna buat saya, alhamdulillah 😊

Manusia dan segala dinamikanya nggak pernah berhenti bikin saya takjub. Selalu ada momen "Woow ada ya orang yang kayak gitu", "Woow bisa ya orang mikir gitu", dan semacamnya.

Ada orang-orang yang jadi psikolog karena dia baik. Mungkin saya bukan salah satu di antaranya. Mungkin saya jadi psikolog karena saya senang melihat dan mendengarkan orang, syukur-syukur bisa menyentuh dan membantunya. Atau mungkin saya juga baik wkwk Pokoknya saya gemar mencoba paham.

Kegemaran mencoba paham inilah yang bikin saya diam-diam girang di masa "panas" seperti Pilkada atau Pilpres. Seru banget lho ngulik dan menganalisis kenapa si anu bersikap/ngomong begitu hihi.. Yah kemajuan dikit lah daripada saya menganalisis artis Korea doang 😂😂😂

Kegemaran mencoba paham ini juga yang bikin saya "nggak bisa" sepenuhnya ngikutin anjuran "Jauhilah orang-orang yang membawa negativity di sekitarmu". Lagipula sebagai psikolog ya memang wayahna lah kalau saya menghadapi (dan berusaha membantu) orang-orang yang membawa masalah dan negativity-nya ke saya hehehe..

Ya udah gitu aja sih.
Intinya saya selaluuuu terpukau sama manusia dan segala dinamikanya, saya senang dan bersyukur bisa jadi psikolog, plus saya tetep pengen belajar data science. Banyak mau detected hahaha..

Semoga kita selalu bisa mensyukuri dan berteguh sama pilihan-pilihan kita ya, semua 😊
Be First to Post Comment !
Posting Komentar