7 Februari 2018

#bubujoan Part 1: Bujo Apaan Sih?

Alkisah, akhir tahun lalu gw tertarik sama bullet journal alias bujo gara-gara post-nya Puty ini. Seperti bisa diduga, beberapa hari setelahnya pun gw habiskan dengan obsessively baca-baca dan nonton video tentang bullet journaling 😜

Pas banget momennya mau tahun baru dan gw memulai fase hidup baru yang lebih selo karena baru resign, gw pun memutuskan mau ngikut bullet journaling. Gw semangat banget soalnya jadi keinget masa-masa SMA sampe kuliah di mana gw se-la-lu rewel ga puas sama agenda-agenda di pasaran trus bikin agenda sendiri. Like literally ngumpulin kertas sisa buku-buku tulis Morning Glory favorit gw, pilih-pilih kertas kado buat sampul, trus dibawa ke kang fotokopi andalan di Kantor Pos buat dijilid hard cover spiral kawat. Ribet ya, maklumlah anaknya banyak mau 😂 Trus setelah yang itu ilang (sediiiih!) gw bikin selipan sendiri di binder kuliah gw, custom gitu lah kotak-kotaknya pokoknya tiap hari tuh ada kolom khusus urusan akademis sama non-akademis. Sayang udah ga ada barbuknya jadi ga bisa gw taro fotonya di sini.

Kok prolognya panjang yha~ Hahaha..
Jadi, apa sih si bujo-yang-bukan-burjo ini?
Sok mangga tonton video dari orang di balik Bullet Journal®️ ini..


Gampangnya, ini adalah metode pencatatan agenda berbentuk pointers. Kalo merujuk ke sini, ada beberapa modul dasar dalam bujo, yaitu..

Future Log
Gampangnya mah kalender tahunan lah. Gunanya buat nulis acara/momen yang masih jauh waktunya dari sekarang.


Monthly Log
Sesuai namanya, ini kalender bulanan. Dibikin di awal tiap bulan untuk diisi kegiatan/acara di bulan berjalan.

A post shared by Lea (@designbylea) on


Daily Log
Nah inilah inti awal (istilah apa ini hahaha) bujo. Ini kayak to do list harian gitu, dan karena space buat nulisnya ga ditentuin dari awal jadi ya tiap hari leluasa aja gitu mau ngisinya sedikit apa banyak sesuai agenda hari itu.


Trus di per-bujo-an ini juga ada yang namanya migrating. Migrating ini adalah mindahin suatu entry dari future log ke monthly log ke daily log. Gw awalnya mikir "Yaelah ribet amat dah mindah-mindahin", tapi gw lalu baca penjelasan Ryder Carroll ini:
It may seem like a lot of effort to have to rewrite items over and over, but that’s intentional. This process makes you pause and consider each item. If an entry isn’t even worth the effort to rewrite it, then it’s probably not that important. Get rid of it.

The purpose of migration is to distill the things that are truly worth the effort, to become aware of our own patterns and habits, and to separate the signal from the noise.
WOW! GOKIL!
"If an entry isn’t even worth the effort to rewrite it, then it’s probably not that important." 
Itu mindblowing sih buat gw *tepuk tangan* *norak*

Nah, pada perkembangannya sih modulnya jadi beragam banget karena salah satu prinsip si bujo ini adalah "bebasin shaay" alias "suka-suka lu aja" alias fleksibel. Iyak, tiap orang bebas mau ngisi bujo-nya pake template apapun dan bisa ganti-ganti, asik banget khaaan.. Gw sendiri ga sepenuhnya ngikutin modul dari Ryder Carroll tadi, tapi nanti aja gw ceritain di post terpisah yaa biar ga kepanjangan hehe..

Oh iya, ga perlu jiper dan ngerasa bujo cuma buat yang jago hias-hias yah.. Walau pemikiran itu mungkin muncul kalo habis liat hashtag di IG atau Pinterest, ingatlah bahwa sejatinya punya Ryder Carroll juga polos aja. "All you need is a notebook and a pen," ceunah..

Jadiiiiii, yuk #bubujoan yuk! 😀
3 komentar on "#bubujoan Part 1: Bujo Apaan Sih?"